Jenni mendapatkan orgasmenya dan cukup banyak cairan O-nya yang keluar.
Kasur menjadi basah sekali. Aku melihat Jenni mengalami orgasme yang
sangat seksi sampai aku terdiam terkesima. Jenni cantik sekali…Aku
benar-benar terpesona.. Sepertinya aku jatuh cinta dengan Jenni. Nova
yang telah cukup beristirahat dan melihat Jenni telah lemas mengambil
alih situasi. Dipegangnya tititku dan dikocoknya perlahan. Tititku yang
masih belum puas dengan Jenni membuat otakku segera beralih ke Nova dan
menyuruhku untuk melampiaskannya ke Nova. Lagi pula tititku bisa coblos
ke dalam Nova. Dengan segera kubalikkan Nova dan kucoba Doggy style di
sebelah Jenni yang masih terbaring lemas.
Ternyata Doggy style memberikan sensasi yang berbeda. Rasanya tidak bisa
dituliskan dengan kata-kata.. Hanya nikmat.. Walaupun Nova yang sedang
aku sodok, tatapanku tidak lepas dari Jenni. Jenni membuka matanya dan
menatapku dengan penuh kemesraan. Senyumnya yang manis membuat hatiku
bingung. Di sini aku sedang jatuh cinta dengan Jenni, tetapi tititku
sedang menikmati pelayanan Nova, dan Jenni tersenyum kepadaku. Ah
bingung….. Aku pun tersenyum balik ke Jenni sambil semakin keras
menyodok Nova. Sodokan kerasku yang terus bertubi-tubi dari belakang
membuat Nova tidak dapat menahan diri lagi dan dia mendapatkan orgasme
lagi. Aku memperlambat sodokanku agar Nova bisa menikmati orgasmenya.
Jenni bangun dan memberikan payudaranya ke mukaku.
“Hisap Bud! Biar lu tambah seru!” Ah.. nikmatnya tetek Jenni.. Kenyal
tetapi kencang. Tentu saja akibat tetek Jenni yang nikmat, goyanganku ke
Nova semakin bertambah cepat. “Gila lu Bud, enak banget sih dientot
dari belakang sama lu… gue.. mauuuuu… Ahhhhh…” Nova pun orgasme lagi.
Aku pun tidak tahan nikmatnya menghisap tetek Jenni sambil doggy ke Nova
dan akhirnya.. croott…croott… dua kali aku semburkan spermaku. “Bud
enak banget disemprot elu… Rasanya nikmat.. kayak mandi air hangat..
tapi ini rasanya di dalam.’ Posisi kami belum berubah.. aku masih
menancapkan titit ke dalam vagina Nova sambil terus menyemprotkan
sisa-sisa sperma dan mulutku terus mengulum, menghisap dan
menggigit-gigit payudara Jenni. “Enak yah Bud, isap tetek gue dan
ngentot-in Nova” “Iya Jen! Cuma impian bisa threesome kayak gini tapi
gue bisa ngerasain kejadian benernya.” “Udah dong Bud, cabut titit lu.
Pegel nih nungging melulu” timpal Nova.
Kucabut tititku tetapi pandanganku terus menatap mata Jenni.
Kelihatannya aku benar-benar jatuh cinta. Malam itu kami tidur bertiga
dalam keadaan bugil. Jenni di kananku, Nova di kiriku. ****** Tok tok
tok.. Pintu kamar hotel diketuk. Nova yang telah bangun lebih dulu
membuka pintu dan Rika terlihat telah sampai dihantar oleh orangtuanya.
“Eh.. Rika” Nova panik “Bokap Nyokap lu mana?” “Tenang Nova, mereka cuma
menghantarku kok.. tadi langsung jalan lagi ke kota C.” “Wah… lega..
gue pikir mereka mau masuk ke dalam.” “Memangnya kenapa Nov? Eh… lu kok
kaga pake BH?” “Itu dia Rik.. takut ketahuan.. Gue kemaren berhasil nih”
“Berhasil apaan sih, lu?” “Gue kasih perawan gue ke Budi!!” “Haahh??
Yang bener lu? Jenni juga? Kita semua kan memang kepengen banget dientot
Budi!!” “Jenni belum.. masih perawan dia.. kayaknya takut.. tapi udah
main juga sama si Budi, cuma belum dimasukin aja.” “Gue jadi horny nih,
Nov. Budi di mana? Mau gak yah dia?” “Masih tidur tuh.. lu bangunin
aja.. laki-laki kalo dikasih perawan mana ada yang nolak.”
“Hahahaha…bener juga lu!” “Tuh lihat, Rika. Ada yang menonjol di
selimut. Dia masih telanjang lho. Kita kemaren tidur begitu gayanya.”
“Jenni mana, Nov? Kok kaga ada?” “Lagi di kamar mandi. Tuh lu urus si
Budi aja. Pagi-pagi dah tegak gitu. Lu hisap aja dulu tititnya.”
Rika pun menghampiri ranjang dan segera menarik selimut sehingga tititku
terbuka dengan leluasa. Aku yang masih tidur tidak sadar apa yang
sedang terjadi hanya mengetahui kalau tititku mengalami kenikmatan.
Perlahan-lahan kubuka mataku berpikir Nova atau Jenni sedang mengulum si
junior. “Hah? Rika? Ngapain lu?” tanyaku tanpa berusaha melepaskan
diri. Lagi enak kok masa melarikan diri. Betul gak? “mmlammggii
hissmmmaaapp mttiimmtiitttmm mmlu” Jawab Rika dengan tidak melepaskan
muatan di mulutnya. “Hahahaha” Nova tertawa geli. “Lanjutin aja Rik, si
Budi kaga nolak tuh.. cuma ngeliatin lu sambil merem melek gitu.” Jenni
yang mendengar tertawanya Nova, segera melongok keluar dan cukup kaget
melihat Rika sedang mengulum tongkat kenikmatanku. “Eh.. Rika… baru
sampe langsung sarapan aja nih” tukas Jenni dengan nada yang menunjukkan
kekagetan. Jenni keluar dari kamar mandi sambil masih mengeringkan
rambutnya. Body Jenni memang luar biasa.
Aku tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuh langsing dengan payudara
yang sempurna itu. “Budi.. jangan ngeliatin gue aja dong.. Rika dah
nafsu tuh… puasin gih… kayak lu puasin kita berdua kemarin. Iya gak
Nov?” “Iya Jen.. Ayo Bud.. Puasin Rika.. Perkosa dia.. hahahaha..” “Kaga
usah diperkosa.. orang gue mau secara sukarela kok” timpal Rika.
Mendengar jawaban Rika, aku segera beraksi. Kucium bibirnya dan kami
melewatkan beberapa menit melampiaskannya sambil bertukar air liur. Rika
badannya kecil sehingga dengan mudah kuangkat dari tepi ranjang dan
meletakkannya di ranjang. Kudekati Rika dan menciumnya lagi. Kali ini
tanganku tidak tinggal diam. Payudara Rika aku pijat dan remas-remas
halus.
Kaos ketatnya segera kubuka memperlihatkan tetek mungil yang kencang.
Pentilnya telah keras menjulang ke atas. Pentil yang bagus dan segera
kulumat. “Ohh.. enak banget Bud.. terus Bud….aahhh.. ahhh..” Rika
meracau kenikmatan. Hisapan dan kulumanku pun bertambah keras. Tititku
sudah sangat kencang sekali. Dengan sedikit agak kasar kulepaskan semua
pakaian yang masih melekat di Rika. Wow.. ternyata Rika mempunyai bulu
jembut yang sangat lebat. Lebat tapi terlihat sangat rapi dan terawat.
Kudekati vaginanya dan tercium wangi vagina yang merangsang.
Tapi Jenni punya lebih wangi. Ah.. Jenni lagi.. ini ada gadis yang
sukarela memberikan perawannya, kok masih mikirin perempuan lain.
Kulirik Jenni dan kulihat dia tersenyum penuh pengertian. Kujilat vagina
Rika sambil terus melihat Jenni. Jenni pun tersenyum terus dan
memberikan anggukkannya seakan-akan mengerti kalau aku sedang bertanya
bolehkan aku menjilat memek perempuan lain. “ Ohh…oohhh… enak banget
Bud.. baru dijilat aja gue dah kayak gini..” “Suruh Budi ngentotin elu,
Rik… Pelan-pelan yah Bud.. Kemaren gue cukup sakit lho” Nova
menghangatkan suasana.
“Iya Bud.. masukin dong buruan.” “Yakin lu, Rik?” Aku bertanya kepada
Rika tetapi tatapanku kembali ke Jenni. Jenni pun mengangguk kembali.
Aku pun segera membuka lebar selangkangan Rika. Vagina Rika terlihat
sangat imut, karena memang Rika orangnya cukup kecil. Tinggi badannya
hanya di bawah bahuku sedikit. Perlahan-lahan aku dorong tititku ke
dalam vagina Rika. Rika yang sudah sangat basah hanya bisa mendesah.
Kepala tititku sudah masuk sepenuhnya tetapi seperti ketemu tembok.
“Siap Rika? Ini dah di depan selaput dara nih. Tinggal gue sodok masuk”
Entah kenapa sekali lagi aku melirik ke Jenni dan Jenni pun tersenyum
kembali. Senyum yang sangat manis. “Iya Bud.. sodok aja.. perkosa gue..
bikin gue hamil.. gue mau anak dari lu.” Rika sudah lupa daratan.
Kupegang pinggul Rika dengan erat dan kudorong dengan penuh kekuatan.
Blesss.. masuk sudah. Rika menitikkan air mata menahan sakit. “Lanjut
Rik?” “Iya Bud.
Dah mulai terbiasa nih. Rasanya penuh banget vagina gue” Proses
menyetubuhi Rika pun segera berlangsung. Keluar.. masuk…keluar…
masuk..pelan-pelan tetapi pasti vagina Rika semakin basah.
“Gila….Enak..banget….Tahu gini… dari kemaren… gue…ikutan…nginep….”Rika
semakin larut dalam kenikmatan. “Ohh…ooohh…enak… aahh.. terus.. Bud..
yang cepat.. Bud!” Kuturuti kemauannya. Semakin cepat aku menggoyang
Rika, payudaranya pun semakin liar tergoncang-goncang. “Bareng yah
Rika.. gue juga dah mau nyemprot..” “Ayo Bud.. bikin gue hamil.. semprot
yang banyak…AAARRRHHHH” Kami berdua pun orgasme luar biasa. Vagina Rika
memeras semua sperma yang ada di tititku. Kucabut tititku dan terlihat
tetesan darah perawan merembesi sprei. Noda darah perawan Rika dan Nova
terlihat bersebelahan.
Wah aku harus membeli sprei ini dari hotel. Kenang-kenangan pikirku.
Jenni menghampiriku dan menciumku di bibir dengan ciuman yang sangat
lembut. Tiba-tiba ada perasaan bersalah di hatiku. Sepertinya Jenni tahu
karena dia bilang, “Tidak apa-apa Bud. Kita semua memang ingin
menikmati titit lu.” dan kemudian dia menciumku lagi. Ciuman yang penuh
mesra. Nova mengganggu ciuman kami dengan mengambil tititku dan
menghisapnya. Jenni mengganguk kembali dan merebahkan tubuhku. Nova
terus menikmati permainannya di bawah. Jenni menduduki kepalaku dan
memberikan vaginanya untuk kuhisap. Ah.. nikmatnya memek Jenni. Kujilat
dan kujilat terus sambil kami terus bertatapan mata. Aku benar-benar
jatuh cinta. Pagi itu aku digilir tiga perempuan cantik. Jenni tetap
hanya meminta digesek-gesek saja.
Nova dan Rika berhasil membuatku menyemprotkan sperma di dalam mereka
sebanyak dua kali. Kami baru selesai ketika kami sudah kelelahan dan
kelaparan. Sudah waktunya makan siang. ****** Epilog: Kami berempat
berhasil masuk universitas di kota B dan sepakat untuk mengontrak rumah
untuk tinggal bersama. Orang tua kami tidak ada yang curiga. Mereka pun
setuju mengontrak rumah lebih enak daripada kos-kosan. Bisa masak dan
cuci baju sendiri. Tidak takut ada barang yang hilang. Empat tahun
kuliah, sehari pasti minimal sekali aku menyetubuhi salah satu dari tiga
wanita cantik tersebut.
Dengan Jenni, selalu hanya gesek-gesek. Dengan Rika dan Nova, tentunya
celup-celup dong. Tidak ada yang hamil karena kami menghitung kalendar
dengan sangat disiplin. Sesudah lulus pun kami masih sering berkumpul
untuk “bermain”. Nova bertemu dengan suaminya di tempat kerja. Rika
bertemu dengan suaminya di kuliah S2. Jenni akhirnya menjadi isteriku.
Perawannya baru diberikan pas malam pernikahan. Kami berdua punya dua
orang anak. Jenni sering mengundang Nova dan Rika untuk bermalam di
rumah kami. Saking seringnya, aku berhasil menghamili Nova dan Rika.
Anak kedua Nova dan anak ketiga Rika mirip sekali denganku. Untung suami
mereka tidak pernah ada yang curiga. Alasannya karena sering bergaul
denganku, jadi mirip deh anaknya.
Di Perkosa Dan Aku Menikmatinya
Reviewed by shinta dewi
on
January 06, 2018
Rating:


No comments: